Kenaikan harga buat keluarga sudah seperti air dengan wadahnya. Kian tambah isi air, wadah pun tak lagi bisa menampung. Suatu saat, air akan tumpah dan mencari-cari wadah yang baru.
Keluarga mana pun takkan rela kalau harga kian melambung tak terjangkau. Terlebih jika harga menyangkut sesuatu yang penting. Listrik, misalnya. Jika kenaikan tak lagi bisa dihindarkan, mau tidak mau, penghematan jadi pilihan yang paling sederhana.
Di masa Rasulullah saw., aksesoris kebutuhan tentu tidak seperti sekarang. Waktu itu, kebutuhan hanya berputar pada sesuatu yang pokok. Belum ada pulsa telepon, gas, apalagi listrik. Sehingga, tidak pernah ada kisah sahabat Rasul yang pusing dengan kenaikan tarif listrik seperti sekarang ini. Seperti yang saat ini dialami Bu Hani.
Ibu tiga anak ini mestinya tidak perlu terlalu pusing dengan kenaikan listrik. Anak-anak Bu Hani sudah besar. Si bungsu saja sudah kelas lima SD. Pernik-pernik kebutuhan keluarganya relatif lebih ringan daripada mereka yang tiga anaknya masih balita. Butuh susu, perawatan dokter, dan aneka makanan bergizi yang biasanya mahal. Di samping sudah bisa diajak berhemat, tiga anak Bu Hani juga sudah mandiri.
Recent Posts